Selamat Datang di MasUn_Bio-PharmaTecholic

Proudly Presented by Mochamad Untung Kurnia Agung

Jumat, 07 Oktober 2011

ARTIFICIAL LIFE : When man made life?

Perkembangan ranah ilmu biologi telah memasuki fase yang sangat jauh di luar ekspektasi manusia sejak beberapa dekade terakhir. Pada akhirnya biologi tidak hanya dipandang sebagai ranah ilmu yang berurusan dengan makhluk hayat (living creatures) dalam konteks dan skala makro. Perkembangan biologi yang begitu pesat di ranah molekuler telah melahirkan tatanan pondasi keilmuan yang merambah ke area unit kehidupan paling dasar di tingkat sel dan perangkatnya.

Prekusor-prekusor dasar kehidupan inilah yang bertahun-tahun menjadi fokus penelitian dan penelusuran para ilmuwan untuk mengungkap rahasia kehidupan. Dan ternyata, biologi bukan hanya sekedar merangkai konsep atom dan interaksinya, namun sudah sampai ke ranah regulasi fungsi prekusor-prekusor tersebut dalam “menjalankan” fungsi-fungsi kehidupan. Benarkah manusia sudah mampu “menciptakan” kehidupan?

Adalah Craig Venter dan Hamilton Smith, dua orang ahli biologi dari Amerika, yang telah berhasil merilis sekuen lengkap dari makhluk hidup (bakteri) pada tahun 1995, dan “menciptakan” (merekayasa) bakteri dengan genome buatan (artificial genome), atau dengan kata lain menciptakan makhluk hidup baru tanpa nenek moyangnya (ancestor).

Kebutuhan akan proses dan produk yang semakin tidak terbatas, menjadikan para ilmuwan bahu membahu menyempurnakan basis rekayasa genetik (DNA recombinant) untuk menciptakan rekombinan-rekombinan baru yang mampu dioptimalkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia. Era rekombinan ini telah “merangsang” pertumbuhan industri berbasis biologi molekuler (bioteknologi) yang semakin pesat.

Era Bioinformatik

Semakin pesatnya perkembangan database sekuen gen (DNA/RNA/Protein) dari jutaan organisme yang terpublikasi di situs pengumpul database gen (Gene Bank) membuka peluang kolaborasi produktif antara ilmu biologi dan ilmu komputer (computer science). Perbaikan kecepatan analisis, perluasan kapasitas penyimpanan dan penyempurnaan kemudahan akses data telah membuka peluang efisiensi screening gen/genome dari berbagai organisme mulai dari yang terkecil sampai organisme-organisme raksasa yang ada di muka bumi ini, mulai dari organime ekstrim yang ada di puncak tertinggi sampai yang tinggal di relung paling dalam di dasar samudera. Proyek pengungkapan genome total (complete genome) manusia pun telah selesai dikerjakan.

Database sekuen gen (DNA/RNA/Protein) ini merupakan bahan mentah untuk biologi sintetik (Synthetic Biology). Pertama-tama, para peneliti akan mempelajari bagaimana kerja prekusor-prekusor biologi ini di tingkat atom, kemudian ditentukan model konstelasi gen yang paling sesuai dengan yang diinginkan. Namun demikian, konstruksi konstelasi gen hasil perakitan DNA ini belum mampu dikatakan sebagai suatu makhluk hidup (living creatures), ketergantungan regulasi konstruksi gen-gen ini terhadap sel induk (host cell) masih menjadi sebab bahwa seluruh kegiatan rekayasa ini tidak bisa disebut “menciptakan kehidupan” yang sebenarnya. Konstruksi dalam biologi sintetik ini hanyalah upaya untuk efisiensi proses atau produk yang bisa dihasilkan dari mutan melalui regulasi parsial dari sel akibat adanya sisipan konstruksi tersebut. Tanpa regulasi utama dari sel induk, konstruksi ini tidak akan mampu menjalankan fungsinya sebagai bagian dari suatu makhluk hidup. Penelitian Gibson et al. (2010) telah mengungkap rahasia tentang mekanisme kontrol yang efektif dari genome sintetik dalam suatu organisme (Mycoplasma) melalui teknik transplantasi host cell.

Perpaduan/ persandingan ilmu biologi dan ilmu komputer ini juga meningkatkan ekspektasi area penelitian ke ranah yang lebih jauh dari segenap aspek kehidupan manusia. Pada akhirnya tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia saja, namun kepentingan-kepentingan lain yang bisa ditingkatkan kapasitasnya dengan keilmuan baru ini juga berbondong-bondong mengakses ranah ini. Munculnya isu internasional tentang senjata biologis dan teror sumber penyakit dengan mutan-mutan patogen menjadi isu yang mengiringi perkembangan keilmuan ini. Oleh karena itu, regulasi terhadap etika dan batasan sosial aplikasi teknik rekombinan perlu menjadi perhatian dari semua pihak terkait dan pengambil kebijakan. Sehingga keselarasan arah kelimuan ke ranah positif peningkatan kehidupan manusia dapat terpelihara dengan penuh kebijaksanaan.

Sitasi :

Gibson, D.G. 2010. Creation of a Bacterial Cell Controlled by a Chemically Synthesized Genome. Sciencexpress (research article).

The Economist. 2010. And Man Made Life (article)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar